KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Kehamilan dengan Kelainan Letak Lintang”
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas ASKEB IV.
Penyusun
menyadari, makalah ini dapat terselesaikan bukan hanya karena kemampuan dan
usaha penyusun sendiri tetapi juga bantuan dan bimbingan berbagai
pihak.Penyusun juga menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan. Oleh karena itu,
saran dan masukan dari berbagai pihak sangat penulis harapkan. Akhirnya,
harapan penyusun semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Padang, Jan 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
1.2
Tujuan
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1
Defenisi
2.2
Etiologi
2.3
Diagnosis
2.4 Proses
Persalinan
2.5
Komplikasi
2.6
Penatalaksanaan
2.7
Prognosis
2.8
Manajemen
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Letak lintang adalah suatu keadaan
dimana janin melintang di dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu
sedangkan bokong berada pada sisi yang lain.Letak lintang merupakan salah satu malpresentasi
janin yang dapat menyebabkan kelambatan atau kesulitan dalam persalinan. Letak
lintang merupakan keadaan yang berbahaya karena besarnya kemungkinan risiko
kegawatdaruratan pada proses persalinan baik pada ibu maupun janin.
Pada penelitian yang dilakukan di
RSUP Dr.Pirngadi, Medan dilaporkan angka kejadian letak lintang sebesar 0,6 %;
RS Hasan Sadikin bandung 1,9 %; RSUP Dr.Cipto Mangunkusumo selama 5 tahun 0,1 %
dari 12.827 persalinan; sedangkan Greenhill menyebut angka 0,3 % dan Holland
0,5-0,6 %.
Bila persalinan letak lintang
dibiarkan tanpa pertolongan akan dapat menyebabkan kematian baik pada ibu
maupun janin. Ruptur uteri, perdarahan dan infeksi berakibat fatal bagi ibu
sedangkan pada janin bisa terjadi prolapsus umbilikus, asfiksia hingga
berlanjut pada kematian janin.
Letak lintang terjadi rata-rata pada
1 dari 322 kelahiran tunggal (0,3%) baik di Mayo Clinic maupun di University of
Iowa Hospital (Cruikshank dan White, 1973; Johnson, 1964). Di Parkland
Hospital, dijumpai letak lintang pada 1 dari 335 janin tunggal yang lahir
selama lebih dari 4 tahun. Janin letak lintang seringkali ditemukan dengan
pemeriksaan USG pada awal gestasi. Angka kejadian meningkat jika janinnya
prematur.
Beberapa Rumah sakit di Indonesia
melaporkan angka kejadian letak lintang, antara lain: RSUP Dr.Pirngadi, Medan
0,6 %; RS Hasan Sadikin Bandung 1,9 %; RSUP Dr.Cipto Mangunkusumo selama 5
tahun 0,1 % dari 12.827 persalinan; sedangkan Greenhill menyebut angka 0,3 %
dan Holland 0,5-0,6 %.
Sehingga dengan adanya insidensi
letak lintang yang cukup tinggi sebagai tanaga kesehatan khususnya bidan
haruslah mengetahui seluk beluk dari letak lintang tersebut sehingga dapat
mendeteksi lebih dini jika terjadi kelainan letak lintang.
1.2 Tujuan
- Untuk
mengidentifikasi kelainan letak janin pada kehamilan,
- Untuk menghindari atau melakukan penanganan lebih dini
kasus kelainan letak,
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Letak lintang adalah suatu keadaan
dimana janin melintang di dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu
sedangkan bokong pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih
tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul.
Punggung janin dapat berada di depan (dorsoanterior), di belakang
(dorsoposterior) atau di bawah (dorsoinferior).
2.2 Etiologi
Penyebab paling sering adalah
kelemahan otot uterus dan abdomen. Kelainan letak paling sering terjadi pada
wanita paritas tinggi (grande multipara). Faktor lain yang mendukung terjadinya
letak lintang adalah plasenta previa, selain itu juga ada beebrapa faktor yang
mendukung terjadinya letak lintang yaitu: kehamilan ganda, polihidramnion,
abnormalitas uterus, pengkerutan pelvis, fibroid uterus yang besar.
2.3 Diagnosis
·
Inspeksi
o
Perut membuncit ke samping
·
Palpasi
o
Fundus uteri lebih rendah dari seharusnya tua
kehamilan
o
Fundus uteri kosong dan bagian bawah kosong, kecuali
kalau bahu sudah masuk ke dalam pintu atas panggul
o
Kepala (ballotement) teraba di kanan atau di
kiri
·
Auskultasi
o
Denyut jantung janin setinggi pusat kanan atau kiri.
·
Pemeriksaan dalam (vaginal toucher)
o
Teraba tulang iga, skapula, dan kalau tangan menumbung
teraba tangan. Untuk menentukan
tangan kanan atau kiri lakukan dengan cara bersalaman.
o
Teraba bahu dan ketiak yang bisa menutup ke kanan atau
ke kiri. Bila kepala terletak di kiri, ketiak menutup ke kiri.
o
Letak punggung ditentukan dengan adanya skapula, letak
dada dengan klavikula.
o
Pemeriksaan dalam agak sukar dilakukan bila pembukaan
kecil dan ketuban intak, namun pada letak lintang biasanya ketuban cepat pecah.
2.4 Proses
Persalinan
Setelah ketuban pecah, jika
persalinan berlanjut, bahu janin akan dipaksa masuk ke dalam panggul dan tangan
yang sesuai sering menumbung. Setelah terjadi sedikit penurunan, bahu tertahan
oleh tepi atas panggul, dengan kepala di salah satu fossa iliaca dan bokong
pada fossa iliaca yang lain. Bila proses persalinan berlanjut, bahu akan
terjepit kuat di bagian atas panggul. Uterus kemudian berkontraksi dengan kuat
dalam upayanya yang sia-sia untuk mengatasi halangan tersebut. Setelah beberapa
saat, akan terbentuk cincin retraksi yang semakin lama semakin meninggi dan
semakin nyata. Keadaan ini disebut sebagai letak lintang kasep. Jika tidak
cepat ditangani dengan benar, uterus akhirnya akan mengalami ruptur dan baik
ibu maupun bayi dapat meninggal.
Bila janin amat kecil (biasanya
kurang dari 800 gram) dan panggul sangat lebar, persalinan spontan dapat
terjadi meskipun kelainan tesebut menetap. Janin akan tertekan dengan kepala
terdorong ke abdomen. Bagian dinding dada di bawah bahu kemudian menjadi bagian
yang paling bergantung dan tampak di vulva. Kepala dan dada kemudian melewati
rongga panggul secara bersamaan, dan bayi dapat dikeluarkan dalam keadaan
terlipat (conduplicati corpore)
2.5 Komplikasi
Letak lintang merupakan keadaan malpresentasi
yang paling berat dan dapat menimbulkan berbagai komplikasi pada ibu dan janin.
Komplikasi akan bertambah berat jika kasus letak lintang telambat didiagnosa.
Pada ibu, dapat terjadi dehidrasi, pireksia, sepsis, perdarahan antepartum,
perdarahan pos partum, ruptur uteri, kerusakan organ abdominal hingga kematian
ibu. Pada janin, dapat terjadi prematuritas, bayi lahir dengan apgar skor yang
rendah, prolapsus umbilikus, maserasi, asfiksia hingga kematian janin .
2.6 Penatalaksanaan
Apabila pada pemeriksaan antenatal
ditemukan letak lintang, sebaiknya diusahakan menjadi presentasi kepala dengan
versi luar. Sebelum melakukan versi luar harus dilakukan pemeriksaan teliti ada
atau tidaknya panggul sempit, tumor dalam panggul, atau plasenta previa, sebab dapat
membahayakan janin dan meskipun versi luar berhasil, janin mungkin akan memutar
kembali. Untuk mencegah janin memutar kembali, ibu dianjurkan menggunakan
korset dan dilakukan pemeriksaan antenatal ulangan untuk menilai letak janin.
Ibu diharuskan masuk rumah sakit lebih dini pada permulaan persalinan, sehingga
apabila terjadi perubahan letak, segera dapat ditentukan prognosis dan
penanganannya. Pada permulaan persalinan, masih dapat diusahakan mengubah letak
lintang janin menjadi presentasi kepala asalkan pembukaan masih kurang dari 4
cm dan ketuban belum pecah.
Pada primigravida, jika versi luar
tidak berhasil sebaiknya segera dilakukan seksio sesaria. Sikap ini berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
1. Bahu tidak
dapat melakukan dilatasi pada serviks dengan baik, sehingga pada primigravida
kala I menjadi lama dan pembukaan serviks sukar menjadi lengkap
2. Karena tidak
ada bagian besar janin yang menahan tekanan intra-uterin pada waktu his, maka
lebih sering terjadi ketuban pecah sebelum pembukaan serviks sempurna dan dapat
mengakibatkan terjadinya prolapsus funikuli
3. Pada
primigravida versi ekstraksi sulit dilakukan.
Pertolongan persalinan letak lintang
pada multipara bergantung kepada beberapa faktor. Apabila riwayat obstetri yang
bersangkutan baik, tidak didapat kesempitan panggul, dan janin tidak seberapa
besar, dapat ditunggu dan diawasi sampai pembukaan lengkap untuk melakukan
versi ekstraksi. Selama menunggu harus diusahakan supaya ketuban tetap utuh dan
melarang ibu meneran atau bangun. Apabila ketuban pecah sebelum pembukaan
lengkap dan terdapat prolapsus funikuli, harus segera dilakukan seksio sesaria.
Jika ketuban pecah, tetapi tidak ada prolapsus funikuli, maka bergantung
tekanan dapat ditunggu sampai pembukaan lengkap kemudian dilakukan versi
ekstraksi atau mengakhiri persalinan dengan seksio sesaria. Dalam hal ini,
persalinan dapat diawasi untuk beberapa waktu guna mengetahui apakah pembukaan
terjadi dengan lancar atau tidak. Versi ekstraksi dapat dilakukan pula pada kehamilan
kembar, apabila setelah bayi pertama lahir, ditemukan bayi kedua berada dalam
letak lintang.
Pada letak lintang kasep, bagian
janin terendah tidak dapat didorong ke atas, dan tangan pemeriksa yang
dimasukkan ke dalam uterus tertekan antara tubuh janin dan dinding uterus.
Demikian pula ditemukan lingkaran Bandl yang tinggi. Berhubung adanya bahaya
ruptur uteri, letak lintang kasep merupakan kontraindikasi mutlak melakukan
versi ekstraksi. Bila janin masih hidup, hendaknya dilakukan seksio sesaria
dengan segera
Versi dalam merupakan alternatif
lain pada kasus letak lintang. Versi dalam merupakan metode dimana salah satu
tangan penolong masuk melalui serviks yang telah membuka dan menarik salah satu
atau kedua tungkai janin ke arah bawah. Umumnya versi dalam dilakukan pada
kasus janin letak lintang yang telah meninggal di dalam kandungan dengan
pembukaan serviks lengkap. Namun, dalam keadaan tertentu, misalnya pada
daerah-daerah terpencil, jika dilakukan oleh penolong yang kompeten dan
berpengalaman, versi dalam dapat dilakukan untuk kasus janin letak lintang yang
masih hidup untuk mengurangi risiko kematian ibu akibat ruptur uteri. Namun,
pada kasus letak lintang dengan ruptur uteri mengancam, korioamnionitis dan
risiko perdarahan akibat manipulasi uterus, maka pilihan utama tetaplah seksio
sesaria.
2.7 Prognosis
Meskipun letak lintang dapat diubah
menjadi presentasi kepala, tetapi kelainan-kelainan yang menyebabkan letak
lintang, misalnya panggul sempit, tumor panggul dan plasenta previa, masih
tetap dapat menimbulkan kelainan pada persalinan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kematian ibu dan janin pada letak lintang, disamping kemungkinan
terjadinya letak lintang kasep dan ruptura uteri, juga sering akibat adanya
tali pusat menumbung serta trauma akibat versi ekstraksi untuk mengeluarkan
janin.
Prognosis pada kehamilan letak
lintang sangat dipengaruhi oleh riwayat pemeriksaan kehamilan, kecepatan
penegakkan diagnosa dan sarana-prasarana kesehatan yang ada. Semakin lambat
diagnosa letak lintang ditegakkan, maka kemungkinan bayi akan tetap berada
dalam posisi lintang pada saat persalinan akan semakin besar. Sebagai
perbandingan jika diagnosa dibuat pada UK 20-25 minggu, ± 2,6 % akan tetap pada
posisi lintang dan jika diagnosa dibuat pada UK 36-40 minggu, ± 11,8 % akan
tetap pada posisi lintang (4). Di negara dengan sarana-prasarana yang sudah
maju, angka kematian ibu dan janin pada kasus letak lintang sudah cukup rendah.
Namun, pada negara tertinggal, berbagai komplikasi masih terjadi akibat tidak
adanya fasilitas seksio sesaria (10).
2.8 Manajemen
Langkah 1 : Pengkajian
A.Data
Subjektif
Data – Data yang dikumpulkan meliputi :
a.
Biodata / Identitas Klien dan Suami
Yang perlu dikaji :
nama,umur,agama,suku,pendidikan,pekerjaan,dan alamat.
Maksud pertanyaan :
untuk mengenal dan membedakan klien yang satu dengan klien yang lainnya.
b.
Keluhan Utama
Merupakan
alasan utama klien datang ke BPS atau RS dan apa saja keluhan yang dirasan oleh
klien
Kemungkinan yang ditemui : klien mengeluh perut sebelah kiri sering
terasa nyeri seperti ada tekanan dari dalam, dan bila diraba sedikit menonjol,
sedangkan perutnya sebelah kanan sering terasa ada gerakan janin
(ditendang-tendang).
c.
Riwayat Obstetri yang lalu
o Kehamilan
yang lalu : apakah klien pernah mengalami kehamilan letak lintang pada
kehamilan sebelumnya.
B.Data
Objektif
a.
Keadaan umum
Untuk
mengetahui tingkat kesadaran ibu.Dengan cara tersebut kita bisa melakukan KIE
yang baik kepada ibu tersebut.
b.
Tanda Tanda Vital
Untuk
memastikan kondisi umum ibu dalam keadaan baik.
c.
Abdomen
Untuk melakukan pemeriksaan kebidanan yaitu:
Untuk melakukan pemeriksaan kebidanan yaitu:
·
Inspeksi
Pemeriksaan
tanda yang dilakukan secara head to toe yaitu:
·
Kebersihan kulit
·
Rambut
·
Muka
·
Mata: konjungtiva, sklera
·
Mulut: caries gigi, karang gigi
·
Leher: pembesaran kelenjer tiroid,
pembengkakan kelenjer limfe
· Payudara:
keadaan puting susu menonjol atau tidak, kolostruum ada atau tidak
· Perut:
apakah membesar sesuai dengan tua kehamilan, apakah ada bekas luka operasi
· Ekstremitas
atas dan bawah apakah ada kelainan seperti varises, udem dan sianosis.
· Vulva:
apakah bersih, ada varises atau tidak, pengeluaran dari vagina.
·
Palpasi
Dengan
menggunakan secara leopold, kemungkinan yang ditemukan adalah:
·
Leopold I
Tidak ada bagian yang
teraba
·
Leopold II
Pada
dinding perut ibu sebelah kiri teraba tonjolan tonjolan kecil kemungkinan
ekstremitas janin,pada perut ibu sebelah kanan teraba keras,bulat,kemungkinan kepala janin
·
Leopold
III
Pada
bagian terbawah perut ibu teraba kosong
·
Leopold IV
Tidak dapat di lakukan.
v Auskultasi
Periksa dengar dilakukan untuk
mengetahui bunyi jantung janin, frekuensi, teratur atau tidaknya dan mengetahui
posisi punktum maksimum. DJJ
(denyut jantung janin) paling jelas terdengar pada tempat yang lebih tinggi
dari pusat.
v Perkusi
Melakukan
pemeriksaan ketuk pada reflek patela kiri dan kanan positif.
v Pemeriksaan
penunjang.
·
Pemeriksaan darah rutin glukosa darah,
kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit dan analisa gas
darah.
·
USG
Mengetahui kemungkinan
janin hidup, intrauterine, tunggal, cairan hidramnion dan derajat kematangan
plasenta.
·
Pemeriksaan
foto rontgen, USG, dan Foto Sinar -X
Langkah II : Interprestasi Data
Dasar
v Diagnosa
Kebidanan
1. Ibu
G...P...A...H...,Gravid 30-32 minggu,janin hidup,tunggal, intrauterin,letak lintang,jalan lahir
normal,KU Ibu baik,KU janin baik.
Dasar : 1. HPHT,riwayat kehamilan dan
persalinan yang lalu.
o
Palpasi:
pemeriksaan Leopold di bagian bawah tidak ada bagian yang teraba,dan pada
bagian fundus juga tidak ada bagian yang teraba,abdomen membuncit ke samping.
o
Auskultasi:
DJJ (denyut jantung janin) paling jelas terdengar pada tempat yang lebih tinggi
dari pusat.
o
Pemeriksaan
foto rontgen, USG, dan Foto Sinar -X : bayangan kepala berada pada bagian kanan
/ kiri abdomen ibu
2.
Anamnesa
Kehamilan terlihat pada saat
inspeksi perut ibu membuncit ke samping.
3.
Pemeriksaan luar
Dibagian bawah uterus tidak ada bagian yang teraba,kepala dan
ekstremitas teraba pada sisi kanan atau kiri perut ibu.
v Masalah
o
Kemungkinan masalah yang timbul adalah
kecemasan.
o
.Kurang pengetahuan
tentang efek pembedahan dan perawatan selanjutnya berhubungan dengansalah dalam
menafsirkan imformasi dan sumber imformasi yang kurang benar.
Dasar
: Kehamilan dengan kelainan letak lintang.
v Kebutuhan
o
Dukungan Psikology
Dasar
: Kehamilan yang memiliki kelainan letak lintang
o
Kebersihan vulva,terutama dalam proses
persalinan
Dasar
:Pencegahan infeksi,dan rasa nyaman
o
Hidrasi
Dasar
: Pemenuhan kebutuhan cairan ibu
o
Rasa nyaman
Dasar :ibu dalam proses kehamilan
Langkah III : Diagnosa potensial
/Masalah potensial
Masalah potensial adalah
masalah yang mungkin timbul dan bila tidak segera diatasi dapat mengganggu
keselamatan hidup klien, maka masalah potensial harus diantisipasi, dicegah,
diawasi dan dipersiapkan tindakan untuk mengatasi.
Pada ibu,
dapat terjadi dehidrasi, pireksia, sepsis, perdarahan antepartum, perdarahan
pos partum, ruptur uteri, kerusakan organ abdominal hingga kematian ibu.
Pada janin,
dapat terjadi prematuritas, bayi lahir dengan apgar skor yang rendah, prolapsus
umbilikus, maserasi, asfiksia hingga kematian janin .
Langkah
IV : Tindakan segera
Tindakan
segera pada ibu hamil dengan kelainan letak lintang adalah Kolaborasi
dengan Dr.Obgyn atau merujuk.
Langkah
V : Intervensi/perencanaan
Perencanan tindakan yang mungkin
dilakukan pada ibu hamil dengan kelainan letak lintang antara lain :
o Jelaskan
kepada ibu tentang posisi janin ibu yang kemungkinan nya janin ibu letak nya
melintang berdasarkan pemeriksaan yang di lakukan
o Berikan
contoh dan anjurkan ibu untuk melakukan kneechest atau posisi lutut dada
,setiap hari minimal 2kali sehari selama ±5menit ,untuk mengembalikan posisi
bayi nya menjadi persentasi kepala.
o Jelaskan
kepada ibu tentang komplikasi bagi ibu dan janin yang bisa di
timbulkan dari kelainan letak lintang dan akan ber hati-hati.
o Anjurkan ibu
untuk melakukan pemeriksaan USG (pada dokter ahli kebidanan yang lebih di
tunjuk oleh bidan) untuk memastikan letak janin dan mengetahui penyebab
dari letak lintang.
o Rujuk ibu ke dr.obgyn untuk penanganan
selanjut nya.
o Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang 2 minggu
lagi atau jika ada keluhan.
Langkah VI : Pelaksanaan
o Menjelaskan
kepada ibu tentang posisi janin ibu yang kemungkinan nya janin ibu letak nya
melintang berdasarkan pemeriksaan yang di lakukan
o Memberikan
contoh dan menganjurkan ibu untuk melakukan kneechest atau posisi lutut
dada ,setiap hari minimal 2kali sehari selama ±5menit ,untuk mengembalikan
posisi bayi nya menjadi persentasi kepala.
o Menjelaskan
kepada ibu tentang komplikasi bagi ibu dan janin yang bisa di
timbulkan dari kelainan letak lintang dan akan ber hati-hati.
o Menganjurkan
ibu untuk melakukan pemeriksaan USG (pada dokter ahli kebidanan yang lebih di
tunjuk oleh bidan) untuk memastikan letak janin dan mengetahui penyebab
dari letak lintang.
o Merujuk ibu ke dr.obgyn untuk penanganan
selanjut nya.
o Anjurkan ibu
untuk kunjungan ulang 2 minggu lagi atau jika ada keluhan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Letak
lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus dengan
kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain.Letak
lintang merupakan salah satu malpresentasi janin yang dapat menyebabkan
kelambatan atau kesulitan dalam persalinan. Letak lintang merupakan keadaan
yang berbahaya karena besarnya kemungkinan risiko kegawatdaruratan pada proses
persalinan baik pada ibu maupun janin.Oleh karena itu,jika seorang ibu mengalami
kehamilan dengan letak lintang harus segera mendapat penanganan dari dokter
spesialis kebidanan.
3.2 Saran
Mudah – mudahan dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat bukan
hanya bagi kami penulis tetapi juga bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Wiknjosastro, H. (Ed.). 2007. Ilmu Kebidanan
(kesembilan ed.). Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
http://sembiring-jo.blogspot.com/2009/11/persalinan-letak-lintang.html. Jumat, 26
Maret 2010, 16.00 WIB
http://askepasbid.wordpress.com/tag/letak-lintang/ Jumat, 26
Maret 2010, 16.02 WIB
Bowes, W.
2006. Management of The Fetus in Transverse Lie. www. Uptodate.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar